Get this widget!

TRANSLATE IN HERE

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 17 Mei 2013

Pantun due kerat

ade buaye ade katak
entah iye ntah tidak
wkwkwk

ade ular beso betis
kate orang aku ni manis

buah nangke buah durian
tak sangke gue keren

disini bingung disane bingung
padahal die memeng bengong alias begok

buah semangke berdaun sirih
mane muangkin kan???
hahaha...


Jumat, 03 Mei 2013

ODONG ODONG KAMPUNG CINA


ODONG-ODONG KAMPUNG CINA


Kacamata surya menjadi pamungkas penampilannya, setelah topi kulit itu dipastikan terpasang sempurna di kepala. Asesoris yang tak sekadar menutup ubunnya yang lapang. Angannya, agar ia tak mudah dikenali. Warga kota itu lebih mengenalnya jika berpeci hitam dan berjas biru. Laiknya pamflet-pamflet di tiang listrik, yang biasanya beriklan sedot WC. Itu pun kalau belum ditempeli iklan lain. Atau lihat saja kaos-kaos tukang becak di pengkolan gang. Akan akrab sekali wajahnya.
Rumah berpagar setinggi cemara itu, sejatinya telah cukup untuk memberitahu tentang status sosial. Belum lagi mobil mewah berwarna hitam yang kerap mengantarnya kemana pun. Meski tak berplat merah, mobil saja cukup memantaskannya disebut pejabat. Setidaknya menurut orang-orang pinggiran kota.

Kalaulah bukan karena rengekan putrinya yang baru saja masuk SD, tak mungkin ia berada di kota wisata yang dinamai Kampung Cina ini. Apalagi sampai harus menaiki kereta bermesin diesel bak sepur di jalan raya. Orang sekitar menyebutnya odong-odong. Itu pun hasil rengekan putrinya juga, setelah ditawari naik kereta kuda yang agak eksklusif putrinya menolak. Sebulan lalu, ia memang janji kalau mau sekolah tahun ini, akan diajak jalan-jalan. Walhasil, hari Minggu ini ia bersama istri dan kedua anaknya, pun berwisata.
Odong-odong itu bertarif cukup terjangkau. Harga resmi dari Pengelola Kampung Cina. Ada dua gerbong odong-odong yang tersambung ke kemudi. Sekiranya memuat 10 hingga 15 orang. Kadang-kadang dibayar patungan.


Ia tentu tak bermasalah dengan harga. Selembar pecahan berwarna biru, segera saja ditariknya dari dompet cokelat ala Italy itu. Dua rombongan keluarga lain terlihat ingin pula berpartisipasi.
“Nggak apa-apa Pak, biar saya saja yang bayar” Ujarnya sembari mengembalikan dompet ke kocek belakang, dan membenahi kacamata. Seakan khawatir orang itu mengenalnya.
Kedua anaknya terlihat senang. Teramat jarang mereka menikmati situasi seperti ini. Apalagi ditemani anak-anak lain sebayanya yang juga ikut di odong-odong itu.
Odong-odong pun perlahan meninggalkan pangkalan. Mengajak penumpangnya mengenal Kampung Cina lebih akrab lagi. Salah satu aset di kota yang identik dengan burung Enggang itu.
***

Telepon genggamnya seolah antre. Kadang selisih 10 menit, telepon yang lain kembali berbunyi. Tak semuanya diangkat. Selalu terlebih dahulu dipilah. Kecuali Haji Basyar.
“Gimana Pak Sarqani? Sudah sampai di mana tari Zapin kita Pak?” Tanya Haji Basyar yang terdengar samar, beradu bersama angin. Hampir bosan ia menjawab pertanyaan Haji Basyar yang serupa itu.
“Nanti saja Ji, saya lagi di kendaraan” tolaknya singkat.
Sebetulnya sungkan menolak telepon Haji Basyar. Pemuka adat Melayu, yang juga berjasa memandu suara untuknya di dua dapil empat tahun silam. Tapi keinginan Haji Basyar agar Zapin diabsahkan sebagai tradisi Melayu di kota itu, urung jua terwujud. Menurut Haji Basyar, Zapin kaya nilai tradisi, reliji, sejarah, kebersamaan, terutama seni gerak tubuh yang memang khas. Asanya, Zapin menjadi khazanah budaya kota yang separuh penduduknya Melayu itu. Ia tak ingin tari yang sejak turun-temurun diwarisinya itu keburu dirampas lagi.

Bagi Sarqani, Haji Basyar kini tak bisa lagi diandalkan. Tak ada yang menguntungkannya dengan Zapin. Ia menyimpulkan sesuatu dari pengalamannya. “Bukan percaya yang diperlukan, tapi seberapa besar biaya yang sanggup dikumpulkan.” Itu yang berulangkali diwiridkannya kala sendiri sembari menimbang-nimbang kesuksesannya dulu.
Setahun lagi babak baru dimulai. Saatnya berpacu mengepul modal. Tentu ia tak mau seperti dulu. Saat semuanya ia pertaruhkan. Rumah, tanah, kendaraan, dan sebagian warisan. Namun semua telah kembali dalam dua tahun kursinya.
***

Odong-odong masih menyisir jalanan yang nyaris tanpa lubang. Melukis riang putrinya yang tumpah-ruah. Hampir semua yang ia lihat ditanyakan pada ayahnya. Meski tak satu pun yang terjawab sempurna. Pariwisata dan Budaya yang dibidanginya selama ini, tak cukup ampuh membuatnya mengerti tentang maskot kota yang sempat ditanyakan anaknya tadi. Apalagi menjawab penasaran putri pertamanya “mengapa Kampung Cina banyak warna merahnya?”. Ia pun hanya menjawab seadanya “Merah itu berani Put, seperti bendera kita, Merah-Putih”.
Keakraban yang tanggung itu semakin lenyap, saat odong-odong yang membawa rombongannya itu melintasi beberapa pengemudi odong-odong lain yang sedang parkir.
“Hei...Jangan korupsi!” teriak para pengemudi itu dari pinggir jalan.
Pengemudi odong-odong yang ditumpanginya terlihat tenang. Senang. Senyumnya bahkan seirama gerak mesin. Bercengkrama bersama angin padahal kian siang kian terik. Tapi tidak begitu dengan Sarqani. Cepat-cepat ia dalamkan kacamata suryanya. Menurunkan atap topi. Menggeser bokong, sehingga menyamping. Riuh-rendah penumpang seakan mencelanya. Sesekali ia melirik di balik lensa hitam sebulat telur itu. Memastikan penumpang lain apakah percaya dengan teriakan tadi. Tak ada yang berubah. Mereka biasa saja. Sarqani agak tenang sekarang, seiring odong-odong telah jauh meninggalkan sumber suara.

Telepon Sarqani berdering lagi. Kalut batinnya belum seutuhnya reda. Tapi kali ini Ohang. Pengusaha Properti yang telah menghadiahinya mobil setahun lalu. Tak mungkin diabaikan. Potensi modal terbesarnya di proyek akhir tahun ini.
“Sudah saya hitung-hitung Pak Sar. Rasanya kalau sepak bola saya belum sanggup. Gimana kalau futsal saja?”
“Ah...Bos ini bisa aja. Masa` sudah segitu luasnya, futsal. Orang itu, semakin luas semakin besar, Bos!” jawab Sarqani lebar.
“Ayolah Pak. Nanti kalau memang izinnya mulus hingga lima tahun ke depan, baru kita bicarakan lagi?” desak Ohang.
“Bos, waktu saya terbatas, lagi di kendaraan. Nanti aja sambung lagi.” Potong Sarqani melenggang di atas angin. Ia sangat tahu Ohang tersudut.
Sarqani bukanlah penghobi sepak bola atau futsal. Demikian pula Ohang. Memang sudah biasa mereka bermain berbagai jenis olah raga. Menyembunyikan delapan digit nol di belakangnya.
***

Odong-odong baru menempuh separuh rute saat melewati sekelompok petugas security Kampung Cina, lantas mereka berteriak.
“Hei...Jangan korupsi mulu!”
Sarqani terperanjat lagi. Dirapatkannya tangkai kacamata. Topinya ditarik menunduk. Hampir menutupi sepasang alis lebatnya. Ditatapnya sang pengemudi. Pengemudi biasa saja. Bahkan tersenyum. Lebih lebar dari kali pertama. Terumbar bersama hentakan polisi tidur yang digilasnya. Sesekali ia menoleh ke belakang. Para penumpang lain sama senyumnya. Terhentak seru di atas odong-odong bercorak kartun itu. Keseruan yang bagi Sarqani tak ubah ludah.

Ia mulai yakin ulahnya telah bocor. Sepertinya ia ingin segera berhenti di simpang depan saja. Tapi kedua anaknya masih asyik menikmati ornamen hijau-merah berbentuk naga-naga yang berbaris di sepanjang jalan beraspal mulus itu.
“Saya sudah finalkan proposal Pak, lengkap dengan drafnya?” Desak Haji Basyar, yang kembali mencoba meneleponnya.
“Oh Iya. Nanti malam saja kita ketemu. Siapa tahu bisa kita prioritaskan.” Jawab Sarqani hampir yakin.
“Alhamdulillah. Terimasih Pak Sarqani. Ini baru wakil kami.” pungkasnya penuh syukur.
Suasana siang itu mungkin yang telah mengusik sikapnya. Ada yang ingin ia bantah tentang teriakan-teriakan tadi. Barangkali masih bisa membuktikan manfaat jabatannya di penghujung kursi.
***

Odong-odong Kampung Cina itu masih setia berkeliling. Masih ada sepertiga jarak tempuh lagi yang harus dilewati. Suasana tampak semakin ramai. Dari kejauhan terlihat banyak pengemudi odong-odong melepas lelah di bawah pohon serupa beringin, beralas repumputan gajah. Berbaur bersama beberapa petugas security dan para pekerja taman. Bercengkrama santai.
Sarqani gelisah. Debar jantungnya semakin terpacu deras seiring odong-odong yang ditumpanginya melewati kerumunan itu, dan mereka pun berteriak serempak seolah terkomando.
“Hei...Koruptor!”

Sang Pengemudi terbahak. Sarqani menggelepar panik. “LSM mana yang berhasil mengacak-acak meja kerjaku” gumamnya. Angin di Kampung Cina yang sepoi itu bak neraka yang membakar. Tak dipedulikan lagi pertanyaan-pertanyaan kedua anaknya. Kini ia benar-benar ingin terjun bebas dari odong-odong yang telah menjebaknya itu. Sorak-sorai penumpang lain di gerbong dua, semakin ia yakini sebagai olokan menghina dirinya. Topi dan kacamata, tak sempurna menghijabnya dari keramaian. Kini ia tak tahu bagaimana lagi harus bersembunyi.
“Ma, jaket Papa mana?”
“Kan ditinggal di mobil Pa. Papa kenapa?” telisik istrinya seakan cemas.
“Jaket Mama aja Papa pinjem. Papa masuk angin nih!” desaknya.
“Ah...yang benar aja Pa. Tenang, Mama bawa minyak angin kok” tawarnya.
“Jangan, jaket Mama aja. Bilangin pengemudi agar lewat jalan pintas, Papa nggak tahan ni!”

Segera saja istrinya meminta pengemudi odong-odong itu untuk mengambil jalan yang lebih cepat sampainya. Pengemudi jelas tak keberatan. Diambilnya arah kiri persis di pertigaan depan. Dari sayup-sayup masih terdengar teriakan-teriakan korupsi yang seolah semakin menjadi-jadi seiring odong-odong berbelok ke kiri.
“Nanti Ibu kasih aja uang rokok buat penjaga pertigaan itu, soalnya nggak boleh motong jalan, peraturan Pengelola di sini begitu Bu!” terang Pengemudi.
Benar saja. Seorang penjaga berseragam resmi, menahan odong-odong tak jauh dari simpang. Selembar pecahan sepuluh ribu, secepat kilat beralih dari tangan istrinya ke tangan penjaga itu. Odong-odong pun melaju aman. Tak ada yang perlu dikhawatrikan lagi. Kecuali teriakan itu yang masih saja menyiksa Sarqani.
Odong-odong belum sempurna berhenti, ketika Sarqani bergegas terjun, sembari menggendong anaknya yang kecil. Penumpang lain heran. Menyaksikan orang segagah Sarqani berjaket wanita. Tatapan mereka semakin meledakkan kalut di kepala Sarqani. Belum lagi suara-suara korupsi dari kerumunan orang tadi yang seakan memburunya sengit.

Tapi ada yang membuat Sarqani berani menegur sang pengemudi. Setelah memastikan topi dan kacamatanya erat terpasang, ia pun mulai mengusut.
“Eh...Mengapa kalian teriak-teriak korupsi di siang bolong begini?”
“Ah...Itu mah biasa di sini, Pak. Tarif Rp.50.000,- itu harusnya menempuh rute sekitar 5 Km keliling tuntas Kampung Cina ini. Cuma teman-teman banyak yang potong kompas. Seharusnya di pertigaan tadi kita lurus, jangan belok. Yang belok kiri itulah yang dibilang korupsi. Makanya diteriakin mulu, apalagi pas kita benar-benar berbelok.”
Napas sangat panjang berhempus dari hidung Sarqani. Ada sebongkah panik dan kemelut malu yang dibantingnya bersama napas panjang itu. Dengan sangat yakin topi kulitnya dibuka, membiarkan angin menghantam ubunnya, bermaksud mengademkan bara. Sebagaimana kacamatanya yang digelantungkan begitu saja di leher kaos putihnya, seolah mengundang terang, setelah sejam lalu pandangannya bertangas di balik lensa hitam. Tak luput jua jaket istrinya, yang tergopoh dicopot, seolah lupa.

Diraihnya kembali telepon genggam dari sela saku, setelah terlebih dahulu menolak panggilan masuk bertulis ‘haji nyosor’.
“Bos, kalau benar-benar mau, kita main futsal sajalah dua kali, gimana?”
Angin di Kampung Cina berhembus tak menentu. Ada kabar kecewa yang ingin diutarakannya. Sama kecewanya Aku yang bercerita.

S e k I a n. . . . .
Terima kasih telah baca cerpen saya ini….

RAHASIA DAN RAHASIA


RAHASIA DAN RAHASIA


Pada suatu ruang dan waktu, tinggal seorang gadis berusia 70 tahun dan seorang perjaka. Namanya saya enggak tahu karena saya belum pernah lihat KTPnya. Mereka tinggal dengan ketiga anaknya. Anak pertama bernama Hyu, nama panjangnya I Love Hyu. Anak kedua bernama Jan, nama panjangnya Jan Tung Hati. Dan anak yang terakhir bernama Agus. Dinamakan Agus karena ia lahir di bulan Juni. LHO? Nama panjangnya adalah Agus Januar Febri Marta April Septa Oktovianus. (Lho, gak ada unsur Juni nya). Dari ketiga anak itu, hanya Agus yang tidak tinggal bersama orangtuanya karena ia sedang pergi mencari jati diri. Ia sedang berusaha memecahkan misteri namanya.

Suatu saaaat (waduh “a”nya kebanyakan), Hyu sedang memanjat pohon kelapa untuk diambil akarnya. Loh? Pada suhu dan tekanan yang sama, Jan sedang duduk-duduk santai di atap rumah. Saking santainya bahkan ia tidak sadar kalau rumahnya mengalami sebuah kebakaran. Tapi ia tidak terluka karena atap rumah yang ia duduki adalah rumah tetangganya. Pada saat ia sedang asyik memandang rumahnya yang terbakar, ia melihat sesosok wanita yang cantiknya bukan main main (2 main lebih baik, program KB (Keluarga Bermain)). Ia langsung turun dari atap dan mendekati wanita itu. Enggak tahu kenapa (suer saya gak tahu), mungkin karena ia grogi karena sedang diceritakan di cerita ini, ia menabrak pohon pisang. Dengan wajah penuh wibawa, Jan tertawa terbahak-bahak. Wanita itupun marah. Tapi bukan marah delima lho. Seperti pada sinetron-sinetron di tv, yang awalnya marah-marahan pasti endingnya cinta-cintaan kan? Kecuali antar lelaki. Lha!!!! mereka juga melakukan hal yang sama. Mereka membenci untuk mengenal, mengenal untuk menyayang, dan menyayang untuk mencinta. Wesyeh.....

Hari demi hari telah berlalu. Bulan dan matahari bergantian tugas untuk menyinari bumi. Pada malam hari, matahari padam dan bulan menyala, begitu juga dengan sebaliknya. Ayam berkokok pertanda ayam itu masih hidup, kalau ayamnya mati mana mungkin bisa berkokok. Iya kan? Waktu itu Jan masih tertidur pulas. Hyu dengan muka masih mengantuk pergi keluar rumah. Pasti anda bingung karena anda berpikir rumah mereka kebakaran kok bisa tidur di rumah. Tenang dulu, jangan panik. Keluarga mereka adalah keluarga yang cukup mampu. Rumah yang terbakar adalah lantai 2 sedangkan rumah mereka bertingkat 2. Bertingkat 2 ke atas, bertingkat 2 ke samping kanan, bertingkat 2 ke samping kiri, bertingkat 2 ke depan, bertingkat 2 ke belakang, dan bertingkat 2 ke bawah. (maunya sih saya mau nulis yang ke arah serong atas, bawah, kiri, dan samping. Tapi capek). Hyu duduk termenung di teras rumah. Ia merenung kenapa ia bisa merenung. Akhirnya ia sadar kalau ia telah sadar dan pergi ke arah ia mau pergi. Mudeng gak?

Ia pergi ke sebuah danau. Kalau gak salah namanya Danau Pembangunan. Kalau gak salah lho. Untuk lebih pastinya silakan anda search sendiri di google atau facebook. Ia duduk di tepi danau sambil bernyanyi dan sesekali sedikit menari Gangnam Style. Saat memandangi danau, ia melihat sesosok wanita di tengah danau. Ternyata itu adalah kudanil wanita. Haha. (saya lebih suka menggunakan “hahaha” daripada “wkwkwk” karena “hahaha” dapat direalisasikan lewat suara. Iya kan? Wkwkwkwk).

Dari kejauhan ia melihat sebuah manusia yang sepertinya habis jatuh dari surga. Wajahnya berseri-seri dan bersinar terang, dan terus terang. Ia terus berjalan dengan penuh keterangan. Hyu pun tersepona, eh, terpesona kamsudnya, eh, maksudnya maksudnya. Hatinya cenat cenut 3. Dengan kepercayaan diri maksimal, ia beranikan diri untuk mendekati cewek itu sambil memakai kacamata hitam rangkap 3 dan dilapisi kain setebal 2 meter. Ketika cewek itu menanyakan namanya, Hyu langsung menjawab, “I Love Hyu” (minum air sambil menyelam, perkenalan sambil mengungkapkan perasaan). Sesuai hukum Newton yang ke 3 (kalau gak tahu belajar dulu, jangan tawuran melulu), setiap ada aksi pasti ada reaksi dan dituliskan F’=-F dimana F adalah besar gaya yang dilakukan sedangkan tanda negatif artinya berlawanan arah. Cewek itu terdiam sejenak. Kayaknya mau ngeluarin tenaga dalam. Dan ternyata tebakan saya benar. HAHAHA!!! Cewek itu mengeluarkan jurus 100 tamparan suci. Hyu pun tak tinggal diam, ia mengeluarkan jurus Anti Tamparan Suci. Cewek itu mengeluarkan jurus lagi, yaitu Anti Anti Tamparan Suci. Peristiwa itu terus berlanjut hingga anti yang ke 10.000 cos 0. Pertarungan itu akhirnya berakhir dengan skor kacamata. Tapi wasit berkehendak lain. Sesuai prinsip “lady First” ia menyatakan bahwa pemenangnya adalah si cewek yang jatuh dari surga itu.

Hyu pun dengan rela hati menerima kekalahan itu. Namun yang menjadi ganjalan dalam hatinya, kenapa cewek itu menolaknya. Ia pun memutuskan untuk memutuskan untuk bertanya pada cewek itu. Tak disangka tak diduga ternyata cewek itu adalah calon istri dari Jan. Wanita itu adalah wanita yang pernah ditemui Jan saat rumahnya terbakar. Layaknya seorang pria normal, ia pun cemburu buta dan menaruh sebuah dendam kesumat dalam hatinya. Dengan secepat kilat ia langsung mengubah nama Facebooknya menjadi “Hyu Lageee Tersakiti”. Ia merasa dikhianati oleh saudaranya sendiri. Tanpa berpikir panjang, Hyu langsung berpikir bagaimana cara memisahkan Jan dengan cewek itu. Tiba-tiba terlintas ide di kepalanya, namun ide itu hanya sekedar melintas dan tidak mampir. Jadi Hyu harus berfikir lagi dan menunggu lintasan selanjutnya. Akhirnya ia pun mendapat ide. Namun ia tidak mau membeberkan ide itu kepada saya. Kepada kalian para pembaca juga. :P

Pagi harinya, Jan sedang jalan-jalan bareng Lauziana, cewek yang kemarin itu lho. Saya sudah tahu namanya karena saya sudah kenalan. Hahaha. Mereka pergi ke puncak gunung yang tinggi tinggi sekali. Sesekali mereka melihat kiri dan kanan, dan tampak banyak pohon cemara. Sepertinya mereka sedang asyik berbincang bincang. Tapi, dimana ada kebahagiaan pasti ada yang ingin menghilangkan kebahagiaan itu (biasa, sinetron kacangan. Lebih mendingi Tukang Bubur Naik Elang). Dari balik pohon ternyata diam diam Hyu mengikuti mereka. Ia pun langsung ngelabrak Jan dan Lauziana. Hyu mengatakan pada Lauziana bahwa Jan punya cewek simpanan di kota seberang. Ia juga menunjukan sebuah foto di BBnya. Ternyata wanita dalam foto itu adalah Mpok Nori. WOW! Gue harus koprol sambil bilang ADUH. Ia pun percaya dan meminta putus. Akhirnya keputusan untuk putus telah diputuskan tanpa putus-putus. Lauziana pun langsung mengeluarkan jurus 100 tamparan suci. Tapi jurus itu tak mempan karena Jan sudah menggunakan obat herbal anti tampar. Lauziana pun ngambek dan pergi entah kemana (saya gak tahu lho).

Setelah peristiwa itu, Jan menjadi sangat murka dengan Hyu. Murkanya menjadi kemerah-merahan. Akhirnya terjadi peperangan yang amat dahsyat. Bumi gonjang ganjing, langit kelap kelap. Petir menyambar. Saya ganteng. Jan terkenal dengan elemen tanahnya. Sedangkan Hyu elemen air. Mereka saling beradu sihir. Jan menggetarkan bumi dan terjadilah gempa yang sangat dahsyat. Sampai sampai bumi terbelah menjadi 2. Hyu juga tak tinggal diam. Ia menggunakan seluruh air di bumi untuk menyerang Jan. Pertandingan itu berlangsung kira-kira 4000 abad lamanya. Mereka sama kuat dan belum ada yang kalah. Bumi kini menjadi porak poranda karena peperangan itu. Tiba tiba dari kejauhan muncul seorang lelaki. Ternyata lelaki itu adalah Ayah mereka, Peter Keilt. Ia sangat marah karena anaknya telah merusak bumi akibat peperangan Hyu dan Jan. Ia pun menghukum anaknya. Jan yang terkenal hebat dalam elemen tanah ia kutuk menjadi tanah untuk membangun bumi kembali. Sedangkan Hyu ia kutuk menjadi air untuk mengganti air yang ia buang saat perang. Saat itu bumi kembali seperti baru. Dan saat itu juga zaman kehidupan bumi muncul kembali setelah 4000 abad rusak. Zaman ini disebut zaman sebelum masehi. Namun kehidupan di bumi ini tidak seperti bumi 4000 abad yang lalu. Dulu bumi begitu nyaman dan enak untuk dihuni. Namun kini bumi sering terjadi bencana. Bencana itu tak lain tak bukan adalah ulah kedua bersaudara Hyu dan Jan yang dikutuk menjadi tanah dan air. Ternyata mereka masih saling bermusuhan. Kutukan itu tak membuat mereka sadar.

Sesekali Jan si pengendali tanah menggoncangkan dirinya untuk menyerang Hyu. Peristiwa ini kini kita kenal dengan Gempa Bumi. Namun Hyu juga sering menyerang Jan dengan mengguyurkan airnya ke tanah. Peristiwa ini kita kenal dengan tsunami. Namun sepertinya Hyu lebih pantang menyerah dalam menyerang. Pada saat musim panas, Hyu mengumpulkan energi matahari dan menguapkan air hingga ke langit. Saat musim penghujan, ia langsung menyerang Jan dengan menjatuhkan air dari awan ke bumi. Peristiwa tersebut terus terjadi di bumi hingga saat ini. Orang-orang menyebut kejadian ini dengan istilah “Hyu-Jan” yang berarti peperangan antara Hyu dan Jan. Namun di Indonesia peristiwa ini sering disebut “Hujan” biar lebih mudah mengucapkannya. Tapi mungkin kalau di kalangan anak muda sudah menjadi “uDJ4nDtzz”. Itulah asal muasal kenapa bisa terjadi hujan dan kenapa dinamakan hujan. Kadang saat hujan terjadi sering ada badai atau petir. Dinamakan petir karena berasal dari nama ayah mereka, Peter. Biasanya ia muncul saat hujan turun dengan sangat deras dan ia berniat untuk mengingatkan Hyu dan Jan. Namun peperangan itu sepertinya takkan pernah berakhir. Tomat. Eh salah. Tamat.

Mungkin anda bertanya-tanya kenapa judulnya bukan “asal mula hujan”. Saya punya alasan tersendiri untuk itu. Saya sengaja memberi judul “rahasia dari rahasia” supaya anda tidak bisa menebak apa yang akan terjadi akhirnya, dan itu mengakibatkan anda terus membaca sampai akhir. Beda jika saya kasih judul “asal mula hujan”. Jika saya kasih judul itu pembaca pasti sudah bisa menebak kalau ceritanya pasti tentang asal mula hujan dan cerita menjadi tidak menarik lagi.


S e k I a n . . . .
Terima kasih!!!!!

Puisi Sedih


KAMU SEAKAN HILANG



timbul tenggelam
ku cari ku sibak waktu
dengan kata dengan suara
kau hanya sepatah bersua
apakah ini artinya kau telah lupakan aku?
melangkah tanpaku?
meninggalkan diriku?

aku hanya hancur..

kutitipkan semua pesan ini dalam kata
semoga kau membaca...
aku disini terus mencintaimu
meski ternyata tak kau indahkan aku
aku lelah
aku ingin menyerah
kau tinggalkan diriku
meski pernah berucap takkan hilang dariku
kini aku sendiri
tak lagi berpikir kau akan kembali
aku hanya ingin mati membawa cinta ini
hingga kuberpegang tetap dengan senyum


RAPUH


tergerus hati akan angin ketakutan
yang meretas sukma selaksa mati
rapuh
yang menghancurkan hati
menusuk bagaikan sembilu
rapuh
menanti dalam waktu
terombang ambing dunia
tanpa tendeng aling aling
ya aku rapuh
sebab aku hanya akan terus mencintaimu
terus runtuh dalam hatiku
sebab aku rapuh..
rapuh menunggu..membuat hatiku hilang ingatan
rapuh mencari dalam cinta yang tak tertangkap tangan..
aku rapuh..

Pantun Agama


PANTUN AGAMA



Sungguh indah pintu dipahat
Burung puyuh di atas dahan
Kalau hidup hendak selamat
Taat selalu perintah Tuhan

Daun terap diatas dulang
Anak udang mati dituba
Dalam kitab ada terlarang
Yang haram jangan dicoba

Bunga kenanga diatas kubur
Pucuk sari pandan Jawa
Apa guna sombong dan takabur
Rusak hati badan binasa

Anak ayam turun sepuluh
Mati seekor tinggal sembilan
Bangun pagi sembahyang subuh
Minta ampun kepada Tuhan

Belatuk di atas dahan
Terbang pergi ke lain pokok
Hidup mati ditangan Tuhan
Kepada Allah kita bermohon

Daun tetap di atas dulang
Anak udang mati dituba
Dalam kitab ada terlarang
Perbuatan haram jangan dicuba

Kulit lembu celup samak
Mari buat tapak kasut
Harta dunia janganlah tamak
Kalau mati tidak diikut

Pak Kulup anak juragan
Mati diracun muntahkan darah
Hidup di dunia banyak dugaan
Kepada Allah kita berserah

Sayang-sayang buah kepayang
Buah kepayang hendak dimakan
Manusia hanya boleh merancang
Kuasa Allah menentukan

Kamis, 02 Mei 2013

Puisi patah hati


PUISI PATAH HATI

ketika semua sirna...
angan jauh melayang...
terombang ambing badai kepedihan...
saat mata terpejam..hempas kan letih,,
duka lara,,yang tependam di qalbu...
menggemakan rintihan pilu..
menghantar buramnya asa...
menunduk dalam...
dalam betik do'a....
Tuhan...aku pun ingin bahagia....


Mengapa Aku mencintai orang yang tak mencintaiku ?
Mengapa Tuhan...Mengapa?
Sedangkan di luar sana..
Ada seseorang yang mencintaiku dengan sepenuh Hati 
Namun mengapa rasa ini tak untuknya saja? 
Andaikan aku di beri kesempatan..
Akanku gunakan kesempatan itu untuk membuka kunci hati ini..
Akan aku buka untuk yang lainnya..
Seseorang yang aku cintai..
Dan juga mencintai aku 
Aku tak mampur terbang kehati yang lain ..
Sayapku telah mati..
Kakiku telah kaku..
Tanganku tak mampu lagi meraih..
Meraih hati yang lain..
Aku sudah lelah terus mencintai tanpa dicintai..
Hingga suatu saat aku sadar..
Aku adalah orang yang paling beruntung..
Aku bersyukur pernah memiliki seseorang dalam hidupku.
Semua orang beruntung pernah merasakan Cinta.
Meski hanya mendapat kesempatan menjadi yang Mencintai saja..
Tdk semua orang beruntung dapat dicintai..
Namun Semua orang beruntung pernah mencintai.

Air mataku seakan terus berderai.
Membasahi pipiku..
Aku terus mengeluh dan mengeluh..
Aku mengeluh kepada Tuhan.

Tuhan..
Mengapa kau pertemukan aku dengannya
Jiki kau tak persatukan kamu
Aku sangat mencintainya
Namun dia tidak mencintaiku
Aku ingin terus menangis dan menangis

Tuhan..
Hapus cintaku padanya
Tapi Tuhan
Jangan hapus kenangan akan bersamanya selama ini 
Kenangan itu begitu berharga untuk ku hapus.

Jika aku lupa padanya..
Bagaimana aku mendoakannya

Dan pintaku satu Tuhan 
Jika dia tidak bisa bahagia dengan orang yang di cintai dan di sayanginya 
Izinkan aku Tuhan..
Izinkan aku orang membahagiakannya
Karna aku adalah orang yang mencintai dan menyayanginya.
Meskipun aku tidak bisa memilikinya..

Puisi ibu


DOA UNTUK IBU


Aku tak tau apa yang harus kuLakukan tanpa dia
Dia yang seLaLu mengerti aku
Dia yang tak pernah Letih menasehatiku
Dia yang seLaLu menemani

DiaLah Ibu
Orang yang seLaLu menjagaku
Tanpa dia aku merasa hampa hidup di dunia ini
Tanpa.nya aku bukanlah apa-apa

Aku hanya seorang manusia Lemah
Yang membutuhkan kekuatan
Kekuatan cinta kasih dari ibu
Kekuatan yang Lebih dari apapun

Engkau sangat berharga bagiku
WaLaupun engkau seLaLu memarahiku
Aku tau
Itu bentuk perhatian dari mu
Itu menandakan kau peduLi denganku

Ya Allah,,
BerikanLah kesehatan pada ibuku
PanjangkanLah umur.nya
Aku ingin membahagiakan.nya
SebeLum aku atau dia tiada

Terimakasih Ibu
Atas apa yang teLah kau berikan padaku
Aku akan seLaLu menyanyangimu

IBU


Ibu kau mengandung 9 bulan
sampai engkau melahirkanku dengan susah paya
engkau merawatku sampai aku tumbuh besar
engkau juga merawatku tampa pamri
dan engkau juga merawatku dengan penuh kasih sayang

Ibu kau mengajariku berjalan sampai aku bisa berjalan
engkau juga mengajariku berbicara sampai aku bisa
Ibu kau bagaikan malaikatku
dikala aku sedih engkau selalu ada untuk menghiburku

Ibu.. aku juga merasa engkaulah pahlawanku
setiap aku kesusahan engkau selalu ada untuk membantuku
Ibu... bekerja keras
untuk menafkahiku
ibu... terima kasih atas pengorbananmu
yang engkau berikan kepada ku
Ibu...

Puisi Galau karena cinta


CINTA YANG GAGAL

saya salah lagi..
kesekian kalinya saya salah
salah saat memilih cinta yang sesungguhnya
cinta yang perlunya membuatku tersenyum

namun apa ? ?
cuma ada saya serta luka ini
luka yang sukar tuk kuobati
berkali-kali saya coba mencintainya

tetapi sulit… itu yan kurasakan
saya layaknya boneka yang pantas di permainkan
seluruh memandangku lemah tidak berdaya
pantas di permainkan serta pantas di duakan

kenapa saya terlampau lemah ? ?
apakah sejak saya kenal serta mencintanya hingga saat ini ? ?
saya capek terus mengharapkan namun saya tidak dapat memilikinya..
dia orang pertama yang membuatku jatuh cinta

tetapi… waktu itu pila dia membuatku rasakan sakit hati..
layaknya ada lubang besar di hati ini..
saya tampak lemah di hadapan seluruh orang
telah banyak sebagai kekasihku

apalagi saya cuma untuk permainannya
tetapi apa daya saya senantiasa memikirkan dia ! ! !
cinta pertamaku yang sudah membuatku sakit
namun apa ? ? ? saya tetap belum dapat melupakannya

tuhan andaikata waktu dapat berputar kembali
saya pingin mengucapkan kata itu
kata sayangku kepadanya..
walau ia sudah membuatku patah hati

tetapi kusulit untuk melupakan kenangan indah waktu saya bersamanya dulu
waktu dia membuatku tersenyum bahagia
waktu dia membuatku tertawa lepas

serta waktu dia menghapus air mataku waktu ku bersedih
sukar saya melupakannya tuhan
kucoba ‘tuk membencinya
namun apa ? ? bayangannya jadi senantiasa berputar di otakku
andaikata dahulu ku bersamanya serta mengungkap isi hatiku walau ku tau dia tak lagi membalasnya.



CINTA DI KHIANATI

dulu saya kagum kepadamu
melebihi diriku sendiri yang hina ini
wajahmu.. katamu.. senyummu
menggugah, membangunkan hati ini
untuk mencintaimu, menyayangimu

seakan ku terlena serta terbuai janji manismu
namun nyatanya kau cuma mempermainkanku
demikian gampangnya, mudahnya kau mengkhianatiku ? ?
telah berpa banyak yang kau permainkan…..

sungguh kau demikian tega mengkhianatiku,
tak akan ku lupakan pengkhianatanmu padaku.
serta tak akan dulu ku lupakan kau permainkan aku
walau hati ini hancur, sakit, perih yang sangat dalam

wahai pengkhianat cintaku….
saya terima apa yang anda kerjakan padaku
cukup serta berhentilah mempermainkan cinta
cukup telah kau mempermainkan, mengkhianati
aku
semoga saya yang paling akhir yang kau permainkan.

wahai pengkhianat cintaku….
saya doakan engkau yang ada disana
semoga kau hidup bahagia, banyak rezeki, sehat, sucses
semoga kau juga bahagia sama pasanganmu
hingga kakek kakek/nenek nenek.. akhir hayatmu

Puisi cinta kerinduan

PUISI CINTA KERINDUAN



Di sekelip cemasku yang mendalam
Terselip kerinduan yang mendalam
Pada gelisahku yang kian gusar
Cemburu di hatiku mulai terbakar


Cemas dengan ketiadaanmu
Rindu akan kehadiranmu
Gelisah menanti kedatanganmu


Cemburu tak menentu
Duhai kau insan tersayang
Jauh pergimu ke tanah seberang
Menyisakan bayangmu dalam bingkai kenang
Akankah engkau segera pulang ?


Cemasku membias curiga
Cemburuku kian membara
Sedang rinduku mengharap
Semua itu hanya prasangka


Wahai insan tercinta
Bilakah kau rasa apa yang kini ku rasa
Ketika tanpamu waktuku berlalu hampa
Adakah kan datang suatu masa untuk kita kembali bersua.

Puisi cinta

TANPA KEHADIRANMU



Seperti burung yg terbang dengan satu sayap

Mampu melintas awan. tapi dengan rasa sakit yg tak tertahan
Seperti gelap malam yang hanya di temani bulan, tanpa bintang.
Tanpa rasi yg membentuk gugusan-gugusan indah
Mampu temani jiwa-jiwa sepi meski tanpa keindahan sempurna


Seperti mentari yg kekurangan cahaya

Tak mampu menghangatkan meski mampu tuk sedikit menerangi
Seperti aku yang kehilangan setengah nyawa
Masih mampu berdiri meski raga terlalu rapuh
Terselip segumpal luka dalam senyumku
Kehilangan yang teramat perih, perih, sangat perih
Tersiksa batin, tersiksa hati, tersiksa seluruh jiwa-jiwaku.



CINTA TERHALANG




Mungkin aku terlalu bodoh untuk mengerti

Mungkin aku tak sengaja jg menyakiti
Andai aku tau isi hatimu
Andai kesempatan itu datang lagi padaku


Sekarang mustahil bagiku

Bahkan menyentuh bayangmu, aku tak mampu
Sekarang aku terpuruk dalam jurang sesalku
dan cinta ni jadi sesak dalam dadaku
Aku tau cinta ini sudah tak laku


Tapi biarkan cinta ini aku miliki

Biarkan cinta ni menjadi bebanku
Aku tak peduli
Meski menghambat jalanku
Aku tau mencintaimu adalah tak pasti


PANDANGAN PERTAMA

Itulah saat yang memisahkan aroma kehidupan dari kesadarannya.
Itulah percikan api pertama yang menyalakan wilayah-wilayah jiwa.
Itulah nada magis pertama yang dipetik dari dawai-dawai perak hati manusia.
Itulah saat sekilas yang menyampaikan pada telinga jiwa tentang risalah hari-hari
yang telah berlalu dan mengungkapkan karya kesadaran yang dilakukan
malam, menjadikan mata jernih melihat kenikmatan di dunia dan menjadikan
misteri-misteri keabadian di dunia ini hadir.

Itulah benih yang ditaburan oleh Ishtar, dewi cinta, dari suatu tempat yang tinggi.
Mata mereka menaburkan benih di dalam ladang hati, perasaan
memeliharanya, dan jiwa membawanya kepada buah-buahan.

Pandangan pertama kekasih adalah seperti roh yang bergerak di permukaan
air mengalir menuju syurga dan bumi.
Pandangan pertama dari sahabat
kehidupan menggemakan kata-kata Tuhan, "Jadilah, maka terjadilah ia"

Puisi sahabat

SAHABAT


Sahabat...
Ada dalam suka dan duka
Saat tertawa ataupun menangis
Saat terdiam ataupun marah

Sahabat...
Kau warnai hidupku
Kau berikan rasa dalam hatiku
Bahkan kau sinari aku dengan kasihmu


Sahabat...

Canda tawamu menghiasi sanubariku
Bayangan dirimu selalu terbawa sampai tidurku
Beruntungnya diriku memilikimu


Sahabat...

Kukirimkan tanda kasih ini
Sebagai pengikat tali persaudaraan kita
Yang tak akan pernah terputus
Sampai kapan pun jua


Terima kasih sahabat

Doaku selalu mengiringi langkah kita
Berjalan bersama indahnya waktu
Membentuk mutiara persahabatan




MAAFKAN AKU

Sobat...
Maafkanlah aku..
Mungkin aku khilaf
Mungkin aku pernah melupakanmu

Sobat...
Maafkanlah aku...
Terkadang aku tak mempedulikanmu
Atau bahkan asyik dengan kesenanganku sendiri

Saat ini ku tersadar
Bahwa kaulah sobat seperjuanganku
Yang senantiasa menopangku
Menggandeng tanganku

Kau telah memberi warna dalam hidupku
Kaulah yang selalu siap menghibur hatiku
Kau adalah sobat setiaku
Harta berharga karunia Ilahi

Maafkanlah aku sobat
Aku berjanji akan lebih menghargaimu
Semoga kau mau memaafkan diriku
Terimakasih sobat...